Tuesday, January 29, 2008

Kapan Anak Saya Mempelajari Alphabet dan Angka


Kapan Seharusnya Anak Saya Mempelajari Alphabet dan Angka


Banyak program di tempat penitipan anak atau prasekolah diklaim terpercaya, mengajarkan anak sedini mungkin untuk berhitung, menghafal alfabet, dan belajar berbagai macam konsep. Penekanan pada aktivitas pembelajaran tersebut adalah bagian dari tekanan masayarakat luas supaya anak-anak dapat belajar lebih banyak, lebih dini. Para penerbit buku membuat buku-buku belajar dan peranti lunak untuk membantu; perusahaan mainan menciptakan permainan untuk pembelajaran; pertunjukan televisi mengajarkan membaca alfabet dan angka-angka. Karena tekanan dari teman, tetangga, pakar pemerhati perkembangan anak, dan media, banyak orang tua merasa khawatir, jika anak mereka yang berusia 2, 3 atau 4 tahun belum dapat belajar bentuk, warna, huruf dan angka.

Bukan tak memungkinkan untuk mengajar anak mengingat dan mengulangi kembali serangkaian daftar singkat angka dari satu sampai sepuluh dan huruf-huruf. Tetapi, pemahaman akan konsep demikian biasanya tidak dapat dimulai hingga anak berusia 4 sampai 6 tahun. Seorang anak berusia 3 tahun mungkin mengetahui bahwa menyebutkan 1, 2, 3, 4 disebut berhitung, tetapi mungkin tidak memahami angka 6 mewakili 6 benda. Baginya belajar menghafal alfabet seperti belajar menghafal bahasa asing tanpa memahami maknanya.

Seorang anak tidak dapat diajar untuk memahami konsep angka dan huruf sebelum dia siap. Secara perlahan, setelah mencari tahu dengan benda, bertanya kepada orang tuanya dan orang lain, mengamati lingkungan sekitarnya, dan menjelajah, anak belajar apa arti angka dan huruf itu. Apabila keingintahuan alamiahnya didukung dan mempunyai benda-benda yang dapat membantu mencari tahu, dia akan belajar konsep angka dan huruf dengan mudah.

Tetapi, terlalu banyak penekanan pada pendidikan dini akan melemahkan dan menghilangkan dorongan alamiah anak untuk belajar. Orang tua seharusnya menunggu hingga anak menunjukkan minat yang spontan terhadap huruf, kata, dan konsep angka, kemudian menindaklanjuti dengan apa yang dapat dilakukan. Tidak selalu perlu sekolah karena orang tua dapat menyediakan sejumlah materi pembelajaran untuk anak-anak. Warna, bentuk, angka dan huruf adalah bagian dari apa yang dilakukan anak, sehingga mereka dapat belajar mengenai hal ini secara alamah. Setiap hari, seorang anak mendengar, "Kenakan celana pendek birumu", "Kamu ingin krayon. warna merah atau hijau?", "Ini adalah 3 keping biskuit", "Lihat truk yang besar itu." Anak terus belajar dari pemaparan konsep itu dalam keseharian mengenai kesamaan dan perbedaan (Susu berbeda dari jus, lbu berbeda dari Ayah), lembut dan keras, besar dan kecil. Anak dan mendengar orang dewasa menghitung, membaca, dan mengamati kata-kata dan angka di mana-mana. Anak belajar mengenal aksara ketika orang tuanya membacakan cerita kepadanya setiap hari, atau dengan sabar mengulangi cerita kesukaannya.

Secara bertahap, Anda akan mendengar anak bertanya, "Berapa banyak ini?", "Warna apa ini?", "Apa yang dikatakannya?" Anak mulai berhitung keras. Untuk pertama kali tentu tidak mampu menghitung dalam urutan yang benar, dan dia akan menulis kata-kata di atas kertas, sering pula menciptakan kata-kata tidak masuk akal atau menulis namanya secara terbalik. Cobalah untuk tidak membetulkannya terlebih dulu. Lebih baik mendukungnya untuk tetap berhitung dan menulis. Anak akan belajar dengan pemahamannya "tanpa tekanan" karena dia tertarik dan termotivasi sendiri. Kemudian, saat dia berada di taman kanak-kanak dan tingkat pertama, Anda akan melihat anak membuat langkah yang pesat dalam memahami bahasa dan maternatika.

Cuplikan dari Buku Pintar Orang Tua, Robin Goldstein, Ph.D., with Janet Gallant, Primamedia Pustaka, hal.175


No comments:

Sign by Danasoft - Myspace Layouts and Signs